Sejarah Tahun 1674, Gempa dan Tsunami terburuk di Ambon Menewaskan Sekitar 2000 Orang


Indonesia meruapakan salah satu wilayah yang sangat rawan bencana gempa dan tsunami, dikarenakan banyaknya gunung berapi aktif dan dilintasi lempengan bumi yang rawan terjadi pergeseran. Salah satu wilayah yang paling rawan terjadinya gempa adalah wilayah pesisir selatan pulau Jawa. Oleh karena itu, wilayah Indonesia dikenal dengan istilah Ring Of Fire.

Berdasarkan catatan sejarah, Indonesia pernah beberapa kali menghadapi bencana alam seperti gempa, tsunami, dan gunung meletus. Diantaranya, letusan gunung Toba, letusan gunung Tambora, letusan gunung krakatau, letusan gunung merapi, tsunami Aceh, dan masih banyak lagi yang memakan korban jiwa cukup banyak.

Namun berdasarkan catatan sejarah, ada sebuah bencana alam besar yang pernah melanda sebuah wilayah di Indonesia timur. Dikutip dari wikipedia, seorang ahli Botani dari Jerman bernama Georg Eberhard Rumphius yang bertugas menjadi tentara VOC di Ambon pernah menulis bahwa wilayah di timur Indonesia itu pernah dilanda bencana alam cukup parah. 


Berdasarkan catatannya, Ia mengatakan bahwa pada 340 tahun lalu, tepatnya 17-18 Februari 1674 wilayah pulau Seram, pernah terjadi bencana gempa dibarengi tsunami. Dalam bencana tersebut Ia menuliskan, sekitar 2000 orang menjadi korban jiwa dalam bencana tersebut.

Dikutip dari laman mollucastimes.com yang memuat tulisan Rumphius, diceritakan saat bencana gempa dan tsunami tersebut menghantam di sejumlah wilayah Ambon. 

"Air pasang mencapai ketinggian 4 sampai 5 kaki, dan beberapa sumur dalam terisi begitu cepat sehingga orang bisa menciduk air dengan tangan, sedangkan sesaat kemudian sumur-sumur itu sudah kosong lagi.

Pesisir timur sungai Waytone terbelah dan air memuncrat keluar, setinggi 18 sampai 20 kaki, melemparkan pasir berlumur berwarna biru.

Semua orang lari ke tanah yang terletak lebih tinggi menyelamatkan dirinya, di tempat mana mereka temukan Gubernur dan rombongan besar. Orang terus-menerus mendengar letusan-letusan seperti suara meriam di kejauhan, walaupun kebanyakan dari arah utara dan barat laut, menunjukkan bahwa beberapa gunung barangkali sedang meletus atau paling tidak sedang terpecah belah.

Beberapa perahu layar dan arumbae (jenis perahu lokal) kepunyaan warga setempat, dan yang ditambatkan di muara sungai itu, terhempas ke hilir membenturi jembatan sedangkan sebuah arumbae kecil berakhir di dalam arumbae yang lebih besar. Jembatan juga nyaris terlepas." 

Rumphius meninggal di Ambon pada 15 Juni 1702. Catatan Rumphius ini mungkin bisa menjadi pelengkap catatan sejarah bencana alam yang pernah terjadi di wilayah Indonesia khusunya di bagian timur Indonesia tahun 1674.  

Sumber 
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Eberhard_Rumpf
  • http://www.mollucastimes.com/2016/05/ombak-raksasa-hantam-maluku-tahun-1674.html



 

Comments